Anis merah atau punglor merah atau
punglor cacing, yang sering juga disebut anis bata atau punglor bata (Zoothera
citrina) tak pelak lagi merupakan burung yang sangat populer di antara para
penghobi kicauan. Dengan gaya telernya, anis merah mampu memberi pesona dan
daya pikat tinggi.
Habitat
Anis Merah tidak hanya dapat ditemukan di Indonesia,
tetapi juga di banyak negara lain, seperti Bangladesh, Bhutan, Cambodia, China,
India, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, SriLanka, Thailand, dan
Vietnam. Jumlah Anis Merah di seluruh tempat hidupnya diperkirakan tidak
mengalami penurunan lebih dari 30% dalam 10 tahun terakhir, sehingga salah satu
lembaga pelestari burung internasional (Birdlife international) masih
merekomendasikan burung ini dicatat dengan status belum terancam punah (Least
Concern) pada daftar burung-burung terancam punah di seluruh dunia (IUCN Red
List) tahun 2008.
Meski demikian, jumlah Anis Merah di Jawa
diperkirakan telah menurun dengan sangat tajam akibat maraknya penjaringan
burung untuk dijual sebagai burung peliharaan (http://www.reference.com/browse/all/Orange-headed).
Sementara itu di seluruh daratan asia tenggara
jumlahnya dikhawatirkan akan terus menurun akibat semakin sedikitnya daerah
berpohon. Secara internasional, anis merah pertama kali dideskripsikan atau
diberi nama ilmiah oleh John Latham pada tahun 1790 dengan nama Turdus citrinus.
Perbedaan kenampakan Anis Merah yang terdapat di berbagai tempat membuat para
ahli burung membedakan jenis ini menjadi beberapa ras, namun Rasmussen dan
Anderton (2005) menyatakan bahwa terdapat kemungkinan adanya beberapa jenis
dalam 12 ras.
Di Indonesia, anis merah terdapat di
Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Di Sumatra diperkirakan merupakan
pendatang (migran) dari daratan Asia dan kemungkinan terdapat dua ras yaitu ras Zoothera citrina innotata dan ras Zoothera citrina gibsonhilli.
Di Kalimantan bagian utara merupakan burung penetap di daerah pegunungan,
antara 1000 – 1500 meter di atas permukaan laut dan hanya diketahui dari
sedikit catatan di G.Kinabalu dan Trus Madi yang merupakan ras Zoothera citrina aurata.
Di Jawa dan Bali dapat ditemukan sampai ketinggian 1500 meter diatas permukaan
laut. Ras yang terdapat di Jawa bagian barat adalah Zoothera citrina rubecula dan yang ada di Jawa
bagian timur dan Bali adalah Zoothera citrina orientis. Kedua ras ini hanya
dibedakan dari panjang sayapnya. Penamaan ras Zoothera citrina rubecula
dilakukan oleh Gould pada tahun 1836, sementara itu nama ras Zoothera citrina
orientis diberikan oleh Bartels Jr. pada tahun 1938. Beberapa ahli burung
meragukan perbedaan ras anis merah yang terdapat di Jawa bagian barat dengan
Jawa bagian timur dan Bali ini.
Anis merah mencari makan di atas tanah
dengan tanaman bawah pohon yang rapat. Sangat aktif mencari makan di bawah
bayang-bayang sinar matahari dengan membongkar-bongkar seresah dedaunan untuk
mencari serangga, laba-laba, cacing dan buah-buahan yang telah jatuh di tanah.
Di Malaysia, anis merah sering teramati memakan buah beringin.
Sarang anis merah berbentuk seperti mangkuk yang
dangkal dan tersusun dari akar pohon, daun, dan seresah. Kedua induk aktif
membangun sarang yang seringkali dibangun pada ketinggian lebih dari 4,5 meter
dan diletakkan pada pohon kecil atau semak. Telur sebanyak dua sampai empat,
seringkali tiga, dierami selama 13-14 hari sampai menetas. Setelah menetas,
anak dirawat sekitar 12 hari sampai dapat keluar dari sarang. (http://www.reference.com/browse/all/Orange-headed)
Terry Gonsolvis (seorang penangkar di
Bristol, Inggris) telah berhasil menangkarkan anis merah dari ras Zoothera
citrina cyanotus. Arkum (seorang penangkar di Depok, Bogor) telah berhasil
menangkarkan anis merah dengan menitipkan telurnya pada burung anis kembang (http://www.kicaumania.or.id).
Anis Merah di Bali
Saat ini anis merah merupakan salah satu
jenis burung yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat di Indonesia.
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari BURUNG INDONESIA, anis merah
menempati urutan ketiga dari jenis-jenis burung yang paling banyak dipelihara
oleh masyarakat di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan
Denpasar. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006 melalui wawancara terhadap
1781 keluarga.
Popularitas anis merah sebagai burung peliharaan
tidak lepas dari maraknya lomba burung berkicau yang saat ini diselenggarakan
minimal setiap satu bulan sekali dan latihan bersama (latber) yang
diselenggarakan minimal setiap satu minggu sekali di setiap kota. Selain
volume, variasi, dan irama suara, perilaku “teler” merupakan salah satu faktor
utama yang dinilai dalam lomba burung.
Persebaran dan tempat hidup
Secara administratif, berdasarkan informasi dari
berbagai sumber, survey cepat dan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan
selama 10 hari berkeliling Bali, anis merah dapat ditemukan di empat kabupaten
yaitu Jembrana, Buleleng, Tabanan, dan Karangasem.
Anis merah sering terlihat di kebun-kebun kopi dan
hutan (alas gedhe) yang berada di dekat aliran sungai, termasuk sungai-sungai
kecil dan di lembah-lembah yang jarang terkena sinar matahari langsung. Meski
demikian tidak di semua kebun kopi dan tidak di semua hutan terdapat sarang
anis merah.
Di beberapa daerah seperti Labuanaji, Telage,
Kekeran, dan Pelapuan yang juga terdapat sedikit perkebunan kopi dan di areal
berhutan disebelah barat daya Penataranbujak tidak ditemukan sarang anis merah.
Satu kesamaan yang dimiliki daerah-daerah ini adalah terletak pada ketinggian
kurang dari 400 meter di atas permukaan laut.
Ciri jantan dan betina
Karena anis merah adalah burung
monomorfik, maka perbedaan jantan dan betina tidak bisa dibedakan dengan
melihat ciri-ciri fisik yang terlihat.
Banyak “mitos” yang menyebutkan ciri fisik tertentu
adalah menandakan jenis kelamin anis merah. Namun sesungguhnya sangat sulit
menentukan jenis kelamin anis merah dewasa hanya berdasar pengamatan.
Meski demikian ada patokan yang sering digunakan
orang untuk memilihnya meski tidak akurat 100%. Misalnya, anis merah jantan
memiliki warna merah yang lebih terang dan tajam ketimbang anis merah betina.
demikian pula dengan warna hitamnya lebih legam.
Ada juga cara menentukan jenis kelamin anis merah
dengan meraba kloaka untuk mengetahui kerapatan tulang supitnya. Jika rapat dan
terasa runcing, jantan. Jika agak lebar dan lembek, betina.
Sementara perbedaan lain bisa dilihat dari
perilakunya. Anis merah jantan akan terluhat mendongak-dongakkan kepala jika
bertemu anis merah lain. Sedangkan anis merah betina tidak menunjukkan perilaku
demikian. Kalau anis merah betina sedang birahi, maka jika bertemu anis merah
jantan yang sedang bernyanyi atau teler, dia akan mengetar-getarkan sayap dan
mendongak sembari bersiul ciiirrr….
Terima kasih untuk infonya. Salam kenal.
ReplyDeleteSilahkan dapatkan buku "Kocek Mantap dari Anis Merah Jawara Lomba" atau buku2 terbaru terbitan tahun 2015. Dan dapatkan diskonnya.
http://goo.gl/DfMhhA
Silahkan kunjungi balik dan tinggalkan jejak alias komentar.
-Hon Book Store-