Pelatuk bawang (Dinopium
javanense) biasanya dipelihara untuk dijadikan burung master. Burung ini
juga kerap dijadikan pelengkap ritual bernuansa mistik. Di sisi lain, habitat
burung ini makin menyusut, menyusul maraknya alihfungsi hutan untuk kegunaan
lain. Tak heran jika pelatuk bawang kini sangat sulit ditemukan di habitat
aslinya, kecuali di beberapa kawasan taman nasional.
Sekilas tentang burung pelatuk bawang
Burung pelatuk bawang / common blackfame atau
sering juga disebut gloden-backed woodpecker merupakan spesies burung khas di
Kawasan Oriental, yang mencakup negara-negara di Asia Selatan, Asia Tenggara,
dan wilayah selatan China. Di Indonesia, burung ini dijumpai di Sumatera,
Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Mereka biasa mendiami kawasan hutan lembab dan
terbuka, semak belukar, hutan bakau, areal perkebunan kelapa dan tanaman
perkebunan lainnya, taman-taman dan lapangan luas seperti lapangan
golf. Di alam liar, burung ini sering memakan semut, larva serangga,
kalajengking kecil, kecoa, dan jenis serangga lainnya.
Perkembangbiakan dapat terjadi sepanjang tahun,
di mana mereka akan menggali lubang di batang pohon baik dengan ketinggian
rendah (kurang dari 2 meter) maupun di lokasi yang sangat tinggi (10 meter).
Namun yang sering dijumpai, lubang sarang berada pada ketinggian kurang dari 5
meter.
Pohon yang kerap dijadikan sarang antara lain
batang pohon kelapa dan tanaman buah. Jumlah telur biasanya terdiri dari 2-3 butir
telur.
Membedakan burung jantan dan betina
Jenis kelamin burung pelatuk bawang bisa
dibedakan dari penampilannya. Burung jantan memiliki jambul berwarna merah di
bagian atas kepalanya. Hal ini tidak dijumpai pada burung betina, yang bagian
atas kepala hanya berwarna hitam.
Model kandang penangkaran
Kandang penangkaran harus terbuat dari rangka
besi, dengan dinding kawat kassa. Jika menggunakan bahan kayu. bersiap-siaplah
untuk digerogoti oleh paruhnya yang kuat. Namanya juga burung pelatuk,
perilakunya pasti sering mematuki benda-benda di sekitarnya.
Model kandang yang cocok untuk menangkar burung
ini adalah kandang aviary, namun hanya diisi sepasang burung saja. Ukuran
kandang menyesuaikan, dengan patokan ideal panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi
2-2,5 meter.
Masukkan satu atau beberapa pot berisi tanaman
berdaun rindang, untuk mengkamuflase seperti kondisi di habitat aslinya. Tempat
bersarang bisa menggunakan potongan batang pohon berlubang. Misalnya, batang
pohon palem atau kelapa.
Potongan batang diletakkan dalam posisi berdiri
(vertikal), yang nantinya akan digunakan burung indukan untuk merayap dan
menyempurnakan lubang yang ada.
Alternatif lain, Anda bisa
menggunakan sebuah gelodok untuk tempat mereka bersarang yang digantung di
lokasi strategis.
Wadah pakan sebaiknya diletakkan di lokasi yang
berdekatan dengan kotak sarang, karena burung sering mencari lubang untuk
bersarang yang banyak pakan di sekitarnya.
Dengan alasan ini pula, Anda bisa menyediakan
lebih dari 1 unit kotak sarang, agar burung bisa memilih sendiri. Jika induk
sudah bertelur dan mengeram, kotak sarang yang lain bisa disingkirkan dari
kandang.
Pada waktu induk sedang berada di dalam sarang,
pastikan burung bebas dari berbagai gangguan yang dapat membuatnya takut,
waspada, atau terancam. Burung ini dikenal sensitif, bahkan agak penakut.
Pemberian / penggantian pakan cukup dilakukan sekali saja, pagi atau sore hari.
Di habitat aslinya, burung pelatuk jantan akan mengeluarkan
bunyi tabuhan paruhnya yang disebut dengan istilah drumming. Hal ini
untuk merangsang dan menarik perhatian burung betina.
Pada burung di kandang penangkaran, mereka
mengalami kesulitan melakukan drumming, karena minimnya batang pohon
yang keras yang bisa ditabuhi dengan paruhnya. Karena itulah, perawat burung
pelatuk bawang di Milwauke County Zoo membuat kreasi sendiri.
Mereka menggantung lembaran logam seperti loyang
kue / pie fan, yang ternyata dapat digunakan pelatuk jantan untuk
mendukung perilakunya saat merayu burung betina. Si jantan sering mematuki
loyang itu dan terdengarlah suara drumming.
Induk betina akan menghasilkan telur sebanyak 2 –
4 butir, yang akan dieraminya selama 11 – 12 hari. Induk jantan tidak terlibat
dalam tugas pengeraman. Dia hanya bertugas mencari pakan dan memberikannya
kepada burung betina.
Setelah menetas, anakan dirawat oleh kedua
induknya sampai mandiri. Anakan baru keluar dari sarang pada umur 23-30 hari.
Begitu keluar dari sarang, mereka langsung bisa terbang, bahkan memanjat batang
pohon dengan lihainya.
Namun, pada umur tersebut, anakan pelatuk bawang
belum memiliki kemampuan berkicau. Untuk tahap awal, sebaiknya serahkan seluruh
proses perawatan anakan kepada induknya. Jika anakan sudah lepas sapih, maka
induk betina akan bisa bertelur kembali.
Apabila dihitung sejak anakan menetas hingga
induk betina dapat bertelur kembali, dibutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan
kemudian. Kelak, jika sudah mahir, anakan bisa dipanen pada umur 8-10 hari,
sehingga pasangan induk bisa kembali berproduksi sekitar 1-2 minggu kemudian.
Download Kicau Burung Pelatuk Bawang Klik Disini
No comments:
Post a Comment