Menyilangkan burung Kapas
Tembak dengan burung cucak jenggot, mungkinkah? Apa tujuannya? Yup,
burung kapas tembak terkenal sebagai burung petarung. Dibandingkan dengan
burung cucak jenggot, suaranya lebih tajam dan kasar. Sayangnya, jarang EO
lomba membuka kelas kapas tembak.
Dan hal itulah yang memunculkan
kreativitas seorang kicaumania asal Kediri untuk mencetak burung yang berpostur
dan wajah cucak jenggot tetapi bermental tarung dan bersuara kapas tembak.
Inilah burung hasil silangan kapas tembak dan cucak jenggot.
Keistimewaan yang dimiliki anakan
hasil silangan cucak jenggot dan kapas tembak, suara cenderung kasar, gacor dan
bermental petarung seperti kapas tembak. Sementara bentuk bodi dan warna bulu
lebih mirip dengan cucak jenggot. Dari segi kualitas suara, burung kapas tembak
memang lebih bagus ketimbang cucak jenggot.
Adalah Sugeng, seorang kicaumania
asal Dusun Santren, Desa Poh Jajar, Kecamatan Papar, Kediri yang punya
inisiatif untuk menyilangkan antara cucak jenggot dengan kapas tembak. Dengan
persilangan tersebut, ia berharap anakan yang dihasilkan memiliki keistimewaan
seperti indukan. Yaitu memiliki suara yang kasar dan bermental petarung seperti
Kapas Tembak. Sedangkan postur tubuh dan warna bulunya seperti Cucak Jenggot.
Dengan begitu anakan tersebut
nantinya tak hanya bisa dilombakan di kelas campuran kapas tembak, tapi juga
bisa di kelas murni cucak jenggot.
Beda kapas
tembak dan cucak jenggot
Apa beda burung kapas tembak dan
cucak jenggot ? Lihat gambar di bawah ini:
Cucak jenggot kanan - kapas tembak
kiri
Proses
penjodohan Burung Kapas Tembak dan Burung Cucak Jenggot
Inilah bagian yang tersulit dalam
menangkarkan burung. Bahkan dari pengalaman Sugeng menangkarkan berbagai jenis
burung, Cucak Jenggot adalah yang tersulit dan butuh waktu yang cukup lama.
Tahap awal yang dilalui selama
proses tersebut adalah pengenalan terlebih dahulu. Caranya, calon pasangan
dimasukkan ke dalam sangkar berbeda dan ditempatkan pada posisi berdekatan
secara terus-menerus baik di dalam rumah atau ruangan, maupun ketika dijemur di
luar harus selalu berdekatan.
Selama proses tersebut, kedua calon
pasangan harus selalu dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi
secara bergantian. Saat dijemur juga harus tetap berdekatan.
Berdasarkan pengalaman Sugeng,
proses pengenalan tersebut membutuhkan waktu minimal 1 bulan. Waktu selama itu
akan membuat calon pasangan saling mengenal. Setelah itu barulah level
penjodohannya bisa dinaikkan, yaitu dipertemukan dalam satu sangkar.
Hanya saja bukan dalam sangkar
harian, tapi dalam keramba bak mandi. Tepatnya ketika memandikan calon pasangan
pada pagi hari dilakukan dalam satu bak mandi.
Bisa dimulai dengan memasukkan salah
satunya ke dalam keramba, bisa yang betina maupun yang jantan dahulu. Setelah
keduanya sudah berada di dalam keramba, lakukan juga penyemprotan dengan water
spray beberapa saat hingga sedikit basah.
Penting juga untuk memperhatikan
teknik penyemprotan. Arahkan ujung spray pada bagian kakinya agar air yang
keluar tak mengenai bagian kepala dan masuk ke dalam hidung. Karena jika
hidungnya kemasukan air bisa membuat burung flu.
Saat kedua pasangan berada di dalam
keramba, amati perilakunya. Karena saat itulah saat yang paling rawan, bisa
saja sang pejantan terlalu agresif dan langsung memaksa kawin si betina.
Akibatnya bisa tatal. Si betina bisa mati karena kepalanya ditenggelamkan di
dalam air.
Hal tersebut telah beberapa kali
dialami oleh Sugeng. Selama ini ia sudah pernah 3 kali mendapati si betina mati
ketika berada di dalam keramba bersama pejantan. Jika sang jantan terlalu
agresil dan si betina menolak untuk dikawini, segara pisahkan.
Mandikan kembali keduanya secara
bergantian atau di tempat berbeda. Namun ketika dijemur hingga dipindahkan ke
dalam rumah harus tetap berada di tempat yang sama dengan sebelumnya dan selalu
berdekatan. Proses pengenalan dari penjodohan tersebut harus tetap dilanjutkan
seperti semula. dari jemur hingga tidur harus tetap dekat.
Sementara ketika memandikan pada
hari berikutnya juga harus tetap dicoba kembali untuk menjadikannya dalam satu
keramba. Jika masih seperti sebelumnya, harus dipisahkan kembali dan diulang
pada keesokan harinya. Begitu seterusnya hingga menunjukkan tanda-tanda si
betina mau untuk dikawin atau sang pejantan tidak terlalu agresif.
Jika pasangan tersebut sudah
terlihat beberapakali melakukan perkawinan ketika sedang mandi bersama, berarti
keduanya sudah berjodoh dan siap dimasukkan ke dalam sangkar penangkaran.
Nah, begitulah ceritanya Om dan
Tante semua. Salam tembak dan jenggot.
(Sumber :
Agrobis Burung)
(Sumber : Omkicau.com)
No comments:
Post a Comment